Definisi
Dermatofita termasuk dalam kelompok jamur yang menyebabkan kelainan yang disebut infeksi ”ringworm”. Fase vegetatif jamur dermatofita terdiri dari hifa-hifa bersepta yang membentuk suatu anyaman bercabang-cabang (miselium), dermatofita di kelompokkan dalam 3 genus Trichophyton, Microsphorum, dan Epidemophyton .
Menururt Siregar (2004) ada lima spesies penyebab utama Dermatofitosis di Indonesia adalah Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum, Epidermophyton Floccosum, Microsporum canis dan Microsporum gypseum.
Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti kuku, rambut dan sratum kornium pada epidermis, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita .
Menurut Harahap (2000) ada tiga genus spesifik yang menginfeksi kulit dan jaringan berkeratin antara lain :
1. Trichophyton menginfeksi kulit, rambut dan kuku
2. Microsporum menginfeksi rambut dan kulit.
3. Epidermophyton menginfeksi kuku dan kulit
Menurut Kwon-Chung, KJ, dan JE Bennett (2007). Bahwa takonomi dari Jamur dermatofita Adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Famili : Arthrodermataceae
Genus : Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton
Spesies : M. canis, M. gypseum, T.rubrum, T.Mentagrophytes, E.flocosum
Morfologi
Jamur golongan dermatofita membentuk koloni filamen pada biakan Agar Saboroud. Walaupun semua spesies membentuk koloni filamen, tetapi masing-masing mempunyai sifat koloni, hifa dan spora yang berbeda. Pada umumnya, genus Trichophyton membentuk makrokonidi berbentuk panjang menyerupai pensil dan semua dermatofita dapat membentuk hifa spiral.
1. T. rubrum
Hifa Trichophyton rubrum halus, jamur ini membentuk banyak mikrokonidi. Mikrokonidinya kecil, berdinding tipis dan berbentuk lonjong seperti tetesan air mata. Mikrokonidi ini terletak pada konidiofora yang pendek, tersusun secara satu-satu pada sisi hifa tau kelompok seperti buah anggur. Makrokonidi dari Trichophyton rubrum berbentuk seperti pensil dan terdiri dari beberapa sel.
2. T. mentagrophytes
Mikrokonidi Trichophyton mentagrophytes berbentuk bulat dan membentuk banyak hifa spiral. Makrokonidi Trichophyton mentagrophytes ini juga berbentuk pensil.
3. M. canis
Makrokonidia berbentuk gumparan yang berujung runcing dan terdiri atas 6 sel atau lebih. Makrokonidia ini berdinding tebal, mikrokonidia Mickrosphorum canis berbentuk lonjong dan tidak khas.
4. M. gypseum
Makrokonidia berbentuk gumparann terdiri atas 4-6 sel dan dindingnya lebih tipis. Mikrokonidia juga berbentuk lonjong dan tidak khas.
5. E. floccosum
Bentuk hifanya lebar, makrokonidianya berbentuk ganda, berdinding tebal dan terdiri dari 2-4 sel. Beberapa makrokonidi ini tersusun pada satu konidiofora dan mikrokonidia biasanya tidak ditemukan .
Patogenitas
Banyak factor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ini, antara lain lokasi geograifis, usia, jenis kelamin, kebiasaan, latar belakang genetic. Kemampuan dermatofita menimbulkan infeksi kronik juga penting, hal ini disebabkan multi faktorial yang terdiri dari faktor dermatofita, misalnya virulensinya. dermatofita golongan antrofilik terutama menyerang manusia, dan memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan ini menyebabkan dermatofitosis yang menahun dan residif, karena reaksi penolakan tubuh yang sangan menimal.
Gejala klinis
Penyakit ini biasanya menyertai penyakit tinea pedis atau tinea manum. Keluhan penderita berupa kuku menjadi rusak dan warnanya menjadi suram. Tergantung penyebabnya, Kerusakan kuku dapat mulai dari distal, lateral, ataupun keseluruhan. Bila disertai paronikia( infeksi ja,ur pada kuku), sekitar kuku akan terasa nyeri dan gatal. Pada umumnya tinea unguium berlangsung kronik dan sukar penyembuhannya. Menurut (Harahap, 2000) dikenal tiga bentuk gejala klinis yaitu
1. Bentuk subungual distalis. Penyakit ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Penyakit akan menjalar ke proksimal dan dibawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
2. Leukonikia tikofita atau leukonikia mikofita. Bentuk ini berupa bercak keputihan dipermukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanya elemen jamur.
3. Bentuk subungual proksimal. Pada bentuk ini, kuku bagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan kerokan kuku dengan KOH 10 %. Pada sediaan KOH dari kuku, jamur tampak sebagai hifa berseptum dan bercabang. Hifa-hifa tersebut akan membentuk artrospora dan spora-spora yang tersusun rapat.
Pembiakan dilakukan untuk melihat elemen jamur pada medium Agar Sabouroud yang dibubuhi antibiotik dan disimpan pada suhu kamar. Spesies jamur ditentukan oleh sifat koloni, hifa dan spora yang dibentuk .
Download prosedur kerja Pemeriksaan Dermatofita disini
Download prosedur kerja Pemeriksaan Dermatofita disini
Pengobatan
Pengobatan infeksi kuku memerlukan ketekunan, pengertian, kerjasama, dan kepercayaan antara penderita dan dokter. Kelainan kuku merupakan kelainan yang banyak penyebabnya. Diagnosis harus ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis sebelum pengobatan spesifik diberikan. Pengobatanya sendiri sulit dan lama. Pemberian griseofulvin 500 mg sehari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan untuk kuku jari kaki merupakan pengobatan standar. Pemberian Itrakonazol atau Terbenahin peroral selama 3-6 bulan juga memberikan hasil yang baik. Bedah skalpel tidak dianjurkan terutama untuk kuku jari kaki, karena, kalau residif, akan mengganggu pengobatan berikutnya. Obat topikal dapat diberikan dalam bentuk losio atau kombinasi krim Bifonazol dengan urea 40 % dengan bebat .
Leteratur :
Graham. R, Burns. T, 2005. Dermatologi, Edisi VIII. Erlangga. Jakarta .
Harahap. M, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta.
Jawetz, dkk. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta .
Kenneth A. Arndt, M. D. 1980. Pedoman Terapi Dermatologis. Yayasan Essentia medica. Yokyakarta.Siregar.2004. Penyakit Jamur Kulit. EGC. Jakarta
Susaker.A.P. 2010. Pemeriksaa Infeksi Jamur Dermatofita Pada Kuku Petugas Kebersihan. AAK. Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar